Sabtu, 31 Agustus 2013

Expectations Tree Part 2



Title                 : Expectations Tree Part 2
Autor               : Be’ans
Main cast        : Choi Youngmun,Lee Jinki,Kim Kibum
Support cast    : Lee Taemin,Choi Minho,Kim Jonghyun,Other
Lenght             : Sequel
Genre              : Romance, school life
Rating              : PG-16
Summary         : “Kau terlihat manis saat seperti ini”
 
A.N                  : Semua yang aku buat disini cuma ngarang, maaf kalo cast nya ngawur di sini, ini adalah ff ke-2 yang aku buat, yang satu masih abal-abal mungkin yang ini juga._. semoga terhibur yah, maaf kalo feelnya ga dapet maklum masih pemula. Happy reading ^^V

 
 |Part 1|


Dikursi taman yang menghadap danau kecil ini Youngmun duduk. Dengan tatapan kosong Youngmun menatap danau di depannya. Tak lama air mata mengalir dari mata indahnya, air itu mengalir tanpa izin sang pemilik, air itu terus mengalir tanpa henti. Kini Youngmun menangis, menangis karena mengigat semua kenangan bersama kedua orangtua yang ia sangat sayangi. Bahu Youngmun bergetar  yeoja bermata coklat ini menunduk tak bisa membendung rasa sedihnya.
Yongmun merasa ada yang menyetuh bahunya. Tanpa ragu Youngmun menoleh.
“Oppa?”
 
 
~***~
 
 
“Aku sudah tau, kau pasti akan ketaman ini” Mereka berjalan beriringan, namja ini berbicara tanpa melihat Youngmun ia fokus pada jalannya. Berbeda dengan Youngmun yang berjalan dengan menundukkan kepala.
Youngmun sedikit tersentak. Yeoja ini menoleh ke arah namja yang berada di sebelahnya dengan kepala yang sedikit di dongakkan. “Apa kau tau dari Mino oppa? Padahal aku tidak memberi taunya bahwa aku akan ke kemari”
“Bukan Minho yang beritahu” Kini namja ini menghentikan langkahnya.
“Bagaimana kau bisa tahu aku di sini?” Youngmun sedikit bingung dengan namja yang ia panggil oppa ini. Bukan kali pertama namja ini memergokinya menagis di kursi tepi danau.
“Aku tidak tau”Namja ini berjalan meninggalkan Youngmun yang masih berpaut dengan pikirannya sendiri.
“Ya! Jonghyun oppa! Tunggu” Youngmun berlari mengejar Jonghyun yang kini sudah jauh dari tempat ia berdiri.
 
 
~***~
 
 
“Sepertinya musim semi akan berakhir” Mereka kini ada di sebuah cafe dekat taman. Jonghyun menghadap jendela yang berada tepat di sebelah kanannya.
“Hemm” Youngmun mengatartikan ia sependapat dengan Jonghyun. Memegangang cangkir coffee latte dengan kedua tangannya dan meniup-niup uap yang di hasilkan kopi itu Youngmun sangat menikmatinya. “Oppa, kau belum menjawab pertanyaanku?” Menaruh coffee lattenya di meja dan menatap Jonghyun.
Jonghyun menoleh ke arah Youngmun dengan tatapan bingung. “Pertanyaan yang mana?”
“Huuhhh” Youngmun membuang nafas kesal dan mengulang pertanyaanya.”Kau belum menjawab pertanyaanku yang tadi. Bagaimana kau tau kalau aku ada di taman?” Youngmun penasaran dengan hal ini karena ini bukan kali pertama Jonghyun ada di taman saat Youngmun ada disana dan menagis. Youngmun selalu ingin tau tentang hal itu tapi, namja ini selalu berkata ‘aku tidak tau’.
“Bukannya sudah kukatakan aku tidak tau. Mungkin hanya kebetulan” Sedikit kesal dengan pernyataan yang di lontarkan Youngmu tarus menerus.
“Pasti ada yang oppa sembunyikan kan? Mengakulah! Ini tidak mungkin kebetulan. Ini juga bukan pertama kalinya oppa bertemu denganku di danau taman tadi” Youngmun mulai curiga dengan chingu oppanya ini.
“Tidak ada yang ku sembunyikan. Aku ke taman hampir setiap saat bukan seperti kau ke taman hanya untuk menangis” Jonghyun mencibir.
“Benarkah? Aku ke taman hanya untuk menangis? Kau bercanda oppa” Youngmun sedikit malu karena kecengegannya di ketahui oleh chingu oppanya.
“Haiiss kau ini jangan berbohong. Setiap kali aku bertemu denganmu pasti matamu sembab dan hidungmu memerah apa itu bukan menagis eoh?” Jonghyun mulai menyudutkan Youngmun dengan semua pernyataan tentang kebiasaan yeoja ini menagis ditaman.
“Sudahlah, minum kopimu oppa sebelum dingin” Youngmun mengalihkan pembicaraan mereka sebelumnya, takut Jonghyun semakin menyudutkannya.
 
 
~***~
 
 
Langit yang cerah mengawali pagi yang indah ini. Angin musim semi mulai berhembus, menghembuskan daun-daun kering dari pepohon sekitar kota. Siulan burung tidak terdengar yang terdengar saat ini adalah suara lalu-lalang kendaraan umum maupun pribadi. Pagi ini begitu cerah jadi yeoja ini tidak perlu repot-repot memkai payung untuk ke sekolah. Kali ini Youngmun pergi dengan bus di karenakan Minho oppanya sedang ada rapat di kantornya.
Yongmun berjalan meninggalkan halte dimana bus menurunkannya. Tak lama Youngmun mendengar ada yang memangilnya dari belakang. Mau tak mau yeoja ini harus menoleh ke belakang dan memastikan siapa yang memangilnya.
“Ternyata kau Taemin” Youngmun tersenyum pada Taemin yang baru turun dari bus yang ia tumpangi. Taemin sedikit berlari mendekati Youngmun. Tak lama setelah Taemin sampai di tempat Youngmun berdiri keluarlah Jinki dari bus yang sama dengan Taemin, wajah Youngmun berubah menjadi wajah malas.
“Apa noona selalu naik bus saat pergi sekolah dan pulang kerumah?” Kini Taemin berajan beriringan dengan Youngmun sedangkan Jinki berjalan di belakang mereka dengan headset yang tertancap di lubang telinganya.
“Tidak juga, biasanya oppaku yang mengantar tapi pagi ini dia ada meeting” Youngmun menjelaskan kepada Taemin dan Taemin hanya mengangguk-ngangguk.
 
Setelah menepuh waktu kurang dari lima menit merka sudah sampai di gerbang sekolah.
 
“Hyung, noona aku duluan” Taemin menoleh ke belakang untuk berpamitan kepada hyungnya dan berpamitan pada Yougmun. Tidak lupa Taemin melambaikan tangannya di balas hangat oleh Youngmun, sedangkan Jinki hanya memandanginya saja.
Kini tinggal Youngmun dan Jinki yang ada di depan gerbang. Mereka berjalan menuju kelas mereka yang ada di lantai dua. Sekolah masih sepi karena ini masih sangat pagi. Kelas dimulai pukul setengah delapan dan sekarang masih pukul setengah tujuh. Youngmun dan Jinki berjalan tidak beriringan malainkan sendiri-sendiri, Youngmun ada di depan sedangkan Jinki ada di belakangnya.
“Sepi sekali” Youngmun celingak-celinguk melihat sekitarnya.
“Karena ini masih pagi, dasar yeoja babo” Jinki yang ada di belakangnya menanggapi gumaman Youngmun. Perkataan ‘yeoja babo’ di akhir kalimat Jinki membuat Youngmun emosi dan memutar badannya menghadap Jinki dengan wajah yang merah.
“Berhenti memanggilku yeoja babo arraseo?!” Tangannya ia kepalkan di sisi tubuhnya menahan emosi.
“Baiklah yeoja babo” Jinki mengulang kata-kata ‘yeoja babo’ di akhir kalimatnya dan meninggalkan Youngmun begitu saja.
“Ya!Jinki-ssi” Suara Youngmun bergema di sepanjang koridor sekolah. Membuat anak-anak yang berada di kelas keluar untuk melihat siapa yang berteriak. Yeoja ini malu lalu menepuk dahinya dan menunduk. Youngmun sedikit bersyukur karena belum banyak anak yang datang kesekolah.
 
~
Didalam kelas sangat gaduh padahal pelajaran sudah di mulai lima belas menit yang lalu. Park seongsenim belum datang jadi para murid tidak perlu khawatir. Banyak siswa ataupun siswi yang berbincang-bincang dengan taman sebangkunya, ada pula yang bermain lempar-leparan kertas.
“Kau tau, tadi aku melihat Youngmun dan Jinki berangkat bersama” Youngmun mendengar salah satu temannya bembicarakannya.
“Benarkah?” Kata yang lainnya tidak percaya. Ketiga yeoja yang sedang mendengarkan chingunya berbicara tidak percaya akan hal itu karena mereka tau bahwa Jinki adalah namja yang dingin.
“Iya kalau tidak percaya tanya saja pada Youngmun” Yeoja yang Youngmun tau bernama Jung Nana ini meyakinkan teman-temannya akan hal itu.
“Heyy! Seongsengnim sudah datang!” Tariak seorang namja dari balik pintu dengan setengah badannya di luar ruangan dan yang setengahnya berada di dalam kelas. Setelah mengetahui hal itu, semua yang ada di kelas kembali ke tempat duduk masing-masing dan merapikan posisi duduk dan seragam mereka.
“Annyeonghaseyo” Sapa Lee seongsenim dengan ramah.
“Annyeonghaseyo seongsenim” Ucap para murid dan membungkuk
“Hari ini Park seongsenim ada perlu mendadak dan beliau menitipkan tugas ini untuk kalian” Belum selesai Lee seongsenim menjelaskan murid-murid mulai ribut karena adanya tugas yang di berikan Park seongsenim. “Tenang-tenang, tugas ini tidak di kerjakan seorang diri, tugas ini kalian kerjakan dengan teman sebangku kalian”
“Wae?!” Yaoungmun tersentak kaget dan membulatkan matanya. Yeoja berambut coklat keemasan ini tidak ingin satu kelompok dengan Jinki yang notabennya adalah namja yang dia cam sebagai orang yang menyebalkan.
“Seongsenim bisakah aku tidak dengannya?” Yaoungmun mengangkat tangannya dan berdiri dari bagkunya.
“Maaf Choi Youngmun ini sudah ketentuan dari Park seongsenim” Setelah benjawab pertanyaan Youngmun seongsengnim menyampaikan salam dan  meninggalkan ruangan.
“Ahhh mimpi apa aku semalam?” Youngmun menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya.
“Kau pikir aku mau satu kelompok dengan yeoja babo sepertimu?” Lagi-lagi Jinki menaggapi gumaman Youngmun, kali ini yeoja manis ini tidak menaggapi perkataan Jinki.
 
 
 
DEETTT
DEETTT
“Hey, Youngmun apa kami boleh duduk di sini?” Nana dan chigu-chingunya tiba-tiba datang di saat Youngmun sedang meminum banana milknya.
“Boleh” Youngmun terseyum dan menggeser badanya ke sebelah kanan agar teman-teman Nana bisa duduk.
“Kau tidak makan Youngmun?” Salah satu teman Nana bertanya kepada Youngmun. Yang Youngmun kira-kira bernama Jiuen.
“Sudah baru saja selesai saat kalian datang” Dengan ramah Youngmun menjawab pertanyaan dari Jieun.
 
 
Youngmun POV
Mereka ini sedang apa sih sebenarnya? Makan atau bergosip? Disini aku hanya mendengarkan perbincangan mereka. Yeoja yang ada di sebelah Nana itu yang bernama Minji  sekarang dia sedang membicarakan hoobae  yang bernama Lee Wongeun. Tiba-tiba yeoja yang ada di depan Minji yang bernama Hyebyung itu histeris saat namja yang aku tak tau siapa namaya lewat di sebeahnya.
“Lihat-lihat Hyunwo sunbae aahh tampan sekali” Ternyata namja yang tadi itu bernama Hyunwo.
“Aku lebih suka dengan Jinki, dia sangat tampan dan cool” Aku tersedak mendegar Jieun menyebut Jinki dangan sebutan tampan.
“Youngmun gwenchana?” Jieun yang ada di sebelahku menyodorkan minuman ke arahku. Aku menolak dan meengambil banana milk yang masih tersisa di depanku.
“Gwenchana” Aku terseyum dengan di buat-buat dan memukul-mukul dadaku ini efek dari tersedak tadi.
“Nana bukankah itu Taemin? Dia cute sekali” Hyebyung menunjuk seorang namja yang dia sebut Taemin dengan segera aku melihat siapa namja yang Hyebyung tunjuk mungkin saja Taemin cuteku itu. Dan ternyata benar itu Taemin cuteku.
“Jinja? Dia cute sekali” Nana mulai menoleh ke belakang dan menaruh kedua tangannya di pipi cubinya.
Mereka makin panik saat Taemin terseyum dan berjalan kearah kami. Ada apa dengan mereka? Yeoja-yeoja yang aneh. Tak lama Taemin sudah duduk di kursi kosong di sebelahku dan tersenyum.
“Noona, mengapa tidak bersama dengan hyung?” Pertanyaan macam apa ini? kali ini Taemin benar-benar membuat yeoja-yeoja ini semakin aneh.
“Apa? Aku? Bersama hyungmu? Itu tidak mungkin Taemin” Aku menunjuk diriku sendiri. Apa Taemin tidak tahu bahwa hyungnya itu namja yang paling menyebalkan, mana mungkin aku bersamanya saat istirahat seperti ini.
“Apa kalian saling mengenal? Siapa yang dia maksud hyung?” Saat Taemin ingin melanjutkan kata-katanya Nana sudah mendahuluinya.
“Ne, aku sudah menganggapnya seperti noonaku sendiri. Soal siapa yang ku maksud dengan hyung itu Jinki, Lee Jinki dia namjachigunya Youngmun noona, ya kan noona?”
“Andwe! Jangan dengarkan perkataannya” Aku pelototi Taemin dan kemudian aku lambaikan tanganku ke arah Nana dan chingu-cingunya nemandakan bahwa itu tidak benar.
“Jangan berbohong noona, bukankah kejadian di.. eemmpphh” Belum Taemin menyelesaikan kalimatnya, mulutnya sudah aku bekap dengan tanganku.
“Jangan dengarkan dia ne, aku pergi dulu” Masih membekap mulut Taemin aku mengeretnya pergi dari hadapan Nana dan chingu-chingunya.
 
“Ya emmpphh noona emmpphh lepaseeemmpphhkan” Akhirnya aku melepaskan tanganku dari mulut Taemin. Aku lihat nafasnya terengah-engah sepertinnya setelah ini dia akan protes dan marah padaku.
“Ya! apa yang noona lakukan eoh?” Kini namja ini mulai marah kepadaku, ahh neomu kyeopta.
“Kau sangat cute saat marah Taemin-ah” Kataku sambil mencubit pipi cubinya.
“Haiiss lepaskan noona aku bukan anak kecil” Namja ini menepis tanganku dari pipinya.
“Baiklah. Ini semua berawal dari kau” Aku lipat kedua tanganku di depan dada dan melancipkan bibirku.
“Wae? Aku? Tapi benarkan kalau noona itu yeojachingu hyungku” Namja cute ini menunjuk dirinya sendiri dan membela diri.
“Andwe! Aku bukan yeojachingu hyungmu! Dan tidak akan!” Kataku pada Taemin kemudian meninggalkannya begitu saja.
 
 
DEETTT
DEETTT
DEETTT
Bel sudah berbunyi bukan bel istirahat melaikan bel pulang sekolah. Perlahan-lahan kelas mulai sepi kini hanya beberapa murid saja yang berada dikelas terutama Jinki dan Youngmun.
Youngmun tenggah mengemasi peralatannya sedangkan Jinki mendengarkan lagu dari ipodnya. Kedua tanganya ditaruh di belakang kepala matanya ia pejamkan menikmati alunan lagu yang keluar dari headset merah yang ia gunakan. Disaat Youngmun berdiri dari kursinya tangannya di tahan oleh Jinki.
 
DEK

Jantung Youngmun berdetak tidak karuhan. Berkali-kali yeoja manis ini menarik dan meghembuskan nafas secara cepat mengatur detak jantungnya tapi itu percuma detak jantungnya tak kunjung stabil.

“Besok kita kerjakan tugas Park seongsenim” Jinki melepas pegangan tangannya dari pergelangan tangan Youngmun.
“Baiklah” Setelah bebicara dengan Jinki, Youngmun pergi meninggalkan Jinki sendirian di dalam kelas.
 
 
~***~
 
 
“Yougmunie apa besok sepulang sekolah kau ada acara?” Minho yang ada di ruang tengah sedang asik bergelut dengan playstationnya wajah seriusnya membuat wajah tampannya semakin tampan.
Dari arah dapur Youngmun datang dengan membawa dua gelas coklat panas kemudian duduk di sofa dan menaruh coklat panas untuk Minho di meja.”Memang kenapa oppa?” Setelah menjawab bertanyaan Minho, yeoja ini menyesap coklat panasnya dengan hati-hati.
“Aku ingin mengajakmu pergi” Minho memfokuskan dirinya pada game yang ia mainkan. Tanganya ikut bergerak kekanan dan kekiri mengikuti game yang sedang ia mainkan.
“Rencananya sih aku akan kerja kelompok, oppa” TUK terdengar suara gelas dan meja kaca saling terhantuk. Suara itu didapat dari gelas merah muda yang Youngmun taruh di atas meja.
“Oh begitu, kalau begitu lusa saja, bagaimana? Kau bisa kan?” Minho telah menyudahi bermain gamenya dan kini ia sedang merapikanya.
“Lusa? Bisa, memang aku harus ikut ya oppa?” Minho sudah selesai merapikan playstationnya dan kini duduk di sofa bersama Youngmun. Dongsaengnya menyodorkan coklat panas yang spesial ia buatkan untuk Mino oppanya ini.
“Gomawo. Iya kau harus ikut, lusa juga kau akan tau” Minho berterimakasih kepada Youngmun dongsaengnya yang manis itu. Gelasnya yang Youngmun berikan tadi kini isinya telah habis karena pemiliknya telah menegak habis isinya. Coklat panasnya tadi menjadi hangat dan memudahkan Minho untuk menghabiskannya.
“Ne,Aku jadi penasaran” Youngmun memejukan bibirnya yang dia buat-buat agar terlihat cute.
“Ah neomu kyopta” Minho mencubit pipi cubi Youngmun dengan gemas. “Ya! sakit oppa” Youngmun mengelus-elus pipinya yang tadi di cubit Minho.
“Sebaikanya kau tidur” Jam telah menunjukan pukul sembilan malam wajar kalau Minho menyuruh doengsaengnya tidur lagi pula esok Youngmun harus sekolah, Minho tidak mau mendengar teriakan Youngmun yang menggema di seluruh ruangan karena kesiangan.
“Ne oppa”
 
 
~***~
 
 
TING NONG
TING NONG
TING NONG
Seorang yeoja sedang berada di depan teras rumah yang kini sedang memencet bel rumah tersebut. Yeoja yang bernama Youngmun ini sedang menunggu pintu yang ada di depanya ini di buka agar dia bisa masuk tentunya.
“Tunggu sebentar!” Terdengar suara yang menyaut dari dalam rumah TAP TAP TAP tak lama terdengar suara langkah kaki yang mendekat kearah pintu.
“Oh,Youngmun noona, silahkan masuk” Setelah membukakan pintu namja cute dan manis bernama Lee Taemin mempersihlakan Youngmun masuk kedalam rumahnya.
“Duduklah disana, sebentar aku panggilkan hyung” Taemin menunjuk sofa yang ada didepan televisi. Namja tadi tidak meyuruh Youngmun duduk di sofa ruang tamu melainkan di sofa ruang tengah. Namja berambut coklat tua itu kini sedang berjalan meuju tangga lantai dua.
“Oh ne” Youngmun tersentak fokusnya pada isi rumah Taemin dan Jinki hilang seketika saat Taemin menyuruhnya duduk.
Mata Youngmun tidak henti memperhatikan sekeliling isi rumah ini. Di bagian kanan dan kiri televisi terdapat sejumlah foto yang berjejer rapi. Youngmun tertarik dan mendekat memperhatikan satu demi foto yang ada.
Disaat seperti ini Youngmun terlihat sangat lucu dengan pipi yang di gembungkan, wajah yang sedikit memerah di karenakan menahan tawa. Melihat foto Jinki saat masih kanak-kanak adalah hal yang membuat Youngmun tidak bisa berhenti tertawa, mungkin kalau yeoja ini tidak tau sopan santun, pasti Youngmun sudah tertawa terbahak-bahak. Foto Jinki yang masih gendut itu memuatnya geli.
 
“Noona” Yongmun sedikit tersentak karna Taemin memanggilanya. Cepat-cepat Youngmun menoleh kearah tangga dan menemukan Taemin disana.
“Ne?” Taemin turun dari tangga dan menghampiri Yaongmun yang di pergokinya sedang menahan tawa tak jelas. Taemin tau apa yang sedang Yongmun tertawakan pasti foto hyungnya saat masih kecil.
”Hyung bilang noona langsung saja kekamarnya”
“Aku?” Sedikit shock dengan perkataan Taemin barusan. Apa dia-Youngmun- tidak salah dengar? Taemin hanya mengagguk meng ’iya’ kan pertanyaan Youngmun.
“Kau yakin?” Kini Youngmun benar-benar memastikan arti anggukan Taemin tadi.
 
 
TOK  TOK  TOK
“........”
TOK TOK TOK
“.........”
TOK TOK TOK!
 
Youngmun sudah berkali-kali mengetuk pintu kamar ini, tapi sang pemilik-Jinki- belum juga membuka pintunya. Sekali lagi yeoja ini mengetuk pintunya tapi hal yang sama terjadi. Tidak ada yang membukakan pintu ini dan tidak ada tanda-tanda manusia di dalamnya.
 
TOK TOK TOK
“Ya! Jinki-ssi apa kau di dalam?!” Youngmun mengetuk-ngetuk pintu itu lagi dan lagi tetapi hasilnya tetap sama.
“Jinja! Kalau kau tidak membukakakan pintunya lebih baik aku pulang! Dan kau! Kerjakan semuanya sendirian!” Youngmun emosi. Suaranya sangat mengelegar di sekitar lantai 2 ini mungkin Taemin yang ada di bawah bisa mendengar teriakan Youngmun itu.
“Hey yeoja babo! Kamarku disini!” Youngmun yang seakan-akan marah pada pintu itu cepat-cepat menoleh ke arah kanannya melihat Jinki yang mengeluarkan kepalanya dari balik pintu dengat wajah datar.
“Ne?” Malu. Rasa itu yang kini rasakan. Bisa-bisa ia-Youngmun- menjadi bahan tertawaan Jinki nanti. Marah- marah pada pintu yang tidak tau pintu itu menuju kemana.
“Cepat kesini kau bisa dikira gila oleh eommaku nanti” Jinki sudah memasukkan kembali kepalanya setelah bebicara pada Youngmun. Dengan cepat Youngmun mengikuti perintah Jinki saat itu juga.
 
“Apa yang kau lakukan tadi eoh? Memalukan” Nada bicara Jinki sangat bisa di bilang mengejek. Berbica tanpa melihat lawan bicaranya. Itu yang ia lakukan. Jinki
“Kau melihatnya?”
“Ne. Semua-nya”
“Wae? Semuanya?” Youngmun membukatkan mata dan mulutnya saat ini.
“Ne semuanya. Dari kau mengetuk pintu sampai kau teriak-teriak tak jelas seperti tadi” Jinki tertawa puas melihat tingkah Youngmun yang menurutnya sangat aneh dan lucu. Bagaimana tidak namja sipit ini melihat Youngmun mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi dan marah-marah tak jelas.
“Ya! kenapa kau tak memanggilku dan berkata bahwa aku salah kamar!” Youngmun menghentak-hentakan kakinya sebal. Raut wajah malunya berubah menjadi emosi. Emosi karena tau bahwa Jinki mempermainkannya.
“.......” Tak ada jawaban dari Jinki. Namja ini fokus pada handphonenya. Sedangkan Youngmun yang menunggu jawaban dari Jinki hanya mengendus kesal.
“Ya! kau memang namja yang sangat menyebalkan!” Langsung saja Youngmun duduk di tepi kasur mulik Jinki dangan kasar.
 
Seketika hening. Tidak ada yang ingin memulai pembicaraan. Jinki masih asik dengan handphone miliknya sedangkan Youngmun menopang dagunya di atas kedua punggung tangannya yang bertumpu pada paha kakinya. Bingung ingin melakukan apa saat ini.
“Apa kita bisa mulai?” Masih fokus dengan handphonenya.
“Hem?” Bingung. Saat ini yeoja manis nan cantik ini bingung dengan pertanyaan yang di lontarkan oleh Jinki beberapa detik yang lalu.
“Ayo kita mulai. Menunggumu dari tadi dan saat kau datang malah membuat masalah”
“Ya! aku membuat masalah? Apa? Apa yang aku lakukan?!” Emosi gadis 16 tahun ini mulai keluar lagi. Entah mengapa Youngmun selalu marah-marah bila merasa dirinya benar.
“Sudah jelas! Kau datang terlambat dan teriak-teriak tidak jelas seperti tadi” Kini Jinki tidak mau kalah dengan Youngmun yang sedang marah. Nada bicaranya ia-Jinki- naikkan sedikit lebih tinggi.
“Aku terlambat ada alasannya! Pertama busnya sanagat lama dan yang kedua rumahmu itu sangat sulit untuk di temukan. Kau tau hampir 30 menit aku mengelilingi komplek ini. Harusnya kau hargai aku yang sudah susah payah kesini” Youngmun mengatatur nafasnya. Melanjutkan kalimat yang belum selesai.
“Tadi kau bilang apa? Teriak-teriak tidak jelas? Tadi sudahku katakan ini semua salahmu yang tidak buru-buru beritau aku bahwa itu bukan kamarmu! Agghh aku lelah!” Yeoja ini mulai lelah karna aksi marah-marahnya sendiri. Menyenderkan punggungnya secara kasar di kasur yang sedang ia duduki sekarang.
 
 
“Apa kau sudah selesai marah-marahnya? Kalau begitu cepat kau kerjakan tugasnya aku ada perlu sebentar” Jinki bangkit dari bangkunya mengambil buku-buku dari meja belajarnya. Melempar buku-buku itu di hadapan Youngmun tanpa bersalah.
“Ya! Itu namanya tid-“
“Ya! ya! ya! aghh dasar namja menyebalkan”
Belum selesai Youngmun menyelesaikan kalimatnya Jinki sudah pergi meninggalkannya begitu saja. Dengan berat hati Youngmun mengerjakan tugas yang di berikan songsaengnim sendirian. Bibir bawah yang di majukan dan wajah yang di tekuk memandakan bahwa yeoja ini sedang kesal. Kesal atas perilaku Jinki terhadapnya.
Diambilnya semua buku yang ada di atas kasur. Membawanya ke meja belajar Jinki dengan kaki yang ia seret-seret. Menarik kursi yang tadi namja bernama Jinki duduki.
 
“Aghh kalau tau akan seperti ini aku kerjakan saja sendiri dirumah”
 
“Ahh aku malas sekali”
 
“Ini bagaimana caranya?!”
 
“Eotteohge?!”
 
“Ahhg MOLLA!”
Menggerutu. Yeoja ini menggerutu di setiap saat. Mengeluhkan semuanya. Hingga akhirnya yeoja ini menyerah dan memilih tidur dari pada mengerjakan tugas-tugasnya. Lelah akan tugas ini dan lelah dengan tingkah Jinki yang egois. Tak peduli ekspersi Jinki nanti saat tau bahwa dia-Youngmun- lebih memilih tidur di bandingkan mengerjakan tugas kelompok mereka.
 
“Ya! apa kau su-“ Melihat Youngmun yang tertidur pulas di meja belajarnya, Jinki. Menggantungkan kalimatnya.
Mendekat kearah Youngmun. Namja sipit ini berlutut di sebelah meja belajarnya menghadap wajah Youngmun yang sedang tertidur.
Memperhatikan tiap lekukan wajah Youngmun yang sedang terlelap. Dengan bibir yang sedikt terbuka memamerkan dua gigi depannya, yeoja ini tetap terlihat manis. Pipinya yang sedikit tertekan lapisan meja yang datar menampilkan kesan cute pada dirinya. Beberapa helai rambut yang menutupi wajahnya tidak menutupi kesan beauty di wajahnya.
Mungkin saat ini Jinki terlena akan pesona sang sleeping beauty.
Merapikan rambut yang sempat menutupi wajah manisnya. Mengelus pipinya dengan punggung tangannya –Jinki-. Jinki merasa Youngmun lebih terlihat manis saat tertidur. Youngmun yang ia lihat sekarang adalah Youngmun yang manis bukan seorang Youngmun yang selalu memarahinya dan berterik-teriak. Youngmun yang ini jauh berbeda.
“Kau terlihat manis saat seperti ini”
“Ehhmmgghh”
Youngmun menggeliat dan sedikt demi sedikit membukamatanya. Jinki yang menyadari itu lekas berdiri. Mengelus-elus tengkuknya.
“Sejak kapan kau disini?” Sedikit terlonjak karena keberadaan Jinki yang tiba-tiba ada di sebelahnya. Eotteohge? Pasti setelah ini namja pemarah ini akan memulai aksi marah-marahnya. Batin Youngmun. Kedua alisnya menyati bibir bawahnya ia gigit. Siap menerima amarah dari Jinki yang pasti tau bahwa tugas mereka belum selesai.
“Baru saja. Turunlah eomma sudah menyiapkan makan malam untuk kita” Sepertinya dugaan Youngmun meleset. Huuhff ternyata dugaanku salah. Kenapa kau jadi takut padanya eoh? Tidak-tidak ini bukan rasa takut melainkan rasa bersalah,iya rasa bersalah. Batin Youngmun lagi.
Jinki yang sedikit bingung dengan tingkah Youngmun, memiringkan sedikit kepalanya dan memasang wajah bingung. Tapi namja itu tidak mempedulikan sikap aneh Youngmun. Benar yeoja ini saat terbangun akan menjadi yeoja aneh seperti biasanya berbeda saat terlelap tadi.
Jinki sedikit bersyukur karena Youngmun tidak menyadari degup jantungnya-Jinki- sekarang. Rasanya aneh. Kenapa jantung Jinki berdegup?.
“Oh, Kalau begitu ayo turun pasti eommamu sudah menunggu” Youngmun baru tersadar bahwa ini bukan sore lagi melainkan petang. Mungkin efek dari tidur yang sedikit lelap jadi yeoja ini tidak memperhatikan semua kalimat yang Jinki lontarkan padanya.
“Tunggu tunggu. Tadi kau bilang makan malam? Memang sekarang jam berapa?” Megang pundak Jinki agar pemilik menoleh dan menghadapnya.
“Kira-kira jam setengah delapan. Kenapa?”
“MWO?! Setengah delapan? Selama itu kah aku tidur? Jinki-ssi sepertinya aku harus pulang” Yeoja itu berbalik dan mengemasi barang-barang miliknya dan membawanya.
Jinki memasang wajah datar yang tidak bisa Youngmun artikan. Youngmun mendorong Jinki agar lebih dulu jalan di depannya. Kemudian menutup pintu kamar Jinki.
 
 
“Noona kemari kita makan bersama” Taemin yang tanpa sengaja melihat Youngmun dan Jinki di ujung tangga langsung menarik tangan Youngmun untuk pergi ke ruang makan.
“Tapi Tae-“
“Sudahlah Noona makan dulu baru pulang” Taemin tidak henti menarik tangan Youngmun yang membuat Youngmun sedikit terseret.
“Benar kata Taemin jangan terburu-buru makan malam lah dulu” Terdengar suara berat dari lelaki paruh baya yang Youngmun yakin pasti appanya Jinki.
“Ne ajusshi” Youngmun tersenyum canggung. Yeoja itu mengambil tempat duduk di sebelah Taemin yang tadi menarik-narik tangannya. Sedangkan Jinki. Namja itu duduk di sebelah eommanya tepat bersebrangan dengan Youngmun.
 
“Eomma. Ini noona yang sering aku ceritakan ke eomma. Dia cantikkan?” Youngmun terbelalak dengan perkataan Taemin. Noona yang sering aku ceritakan? Apa saja yang Taemin caritakan tentang ku? Bisa jatuh reputasi ‘manis’ di mata orang tua Jinki. Buat apa aku kau memikirkannya Youngmun!. Bergumam dalam hati-Youngmun-.
“Oh ini yeoja yang kau bilang baik dan care padamu itu?” Menyuapkan sesendok makanan ke mulutnya. Taemin mengaggukan kepalanya meng’iya kan’ perkataan Nyoya Lee.
“Youngmun noona juga sangat dekat dengan Jinki hyung” Suara Taemin sedikit tidak jelas di karenakan makanan menumpuk di dalam mulutnya.
“Mwo?” Refleks Youngmun membulatkan matanya yang sudah bulat itu kaget.
“Ya! habiskan makanan di mulutmu baru berbicara Taemina-ah” Jinki berusaha memalingkan lontaran pernyataan dongsaegnya dangan menegur Taemin atas tingkah tidak sopannya.
“Eomma juga harus tau kalau mereka juga duduk sebangku” Taemin tidak mempedulikan teguran hyungnya. Namja cute ini malah melanjutkan perbincangan dengan sang eomma.
“Benarkah itu Youngmun?” Kini gilirang Nyonya Lee yang melontarkan pertanyaan terhadap Youngmun.
“Ne. Tapi kami tidak dekat”
“Sama sekali tidak” Kini mulai Jinki yang buka mulut.
 
 
Beberapa menit kemudian...
“Jinki-ah antar lah Youngmun pulang” Youngmun yang sedikit bingung dengan pernyataan Tuan Lee langsung menatap Jinki yang ada di depannya.
“Iya antar lah Youngmun pulang ini sudah malam”
“Tidak usah ajumma, ajusshi. Saya bisa pulang sendiri dengan bus” Youngmun yang merasa tidak enak terhadap kedua orang tua Jinki dan Taemin. Setelah makan gratis sekarang pulang di antar pula. Memang Jinki bisa mngendarai motor atau mobil?  Paling-paling di antar naik bus. Bukannya itu sama saja? Itu pikiran-pikiran yang berterbangan di pikirannya sekarang.
“Noona itu yeoja. Tidak baik pulang sendiri saat sudah malam seperti ini” terlontar kalimat bijak dari bibir seorang namja cute Lee Taemin.
“Benar kata Taemin, Youngmun. Biar Jinki yang mngantarmu yah” Nyoya Lee tersenyum dengan manis. Membuat Youngmun ingat akan eommanya yang telah tiada.
“Baiklah bila kalian memaksa” Youngmun mulai menyerah.
“Ayo cepat aku antar” Kini giliran Jinki yang menarik-narik tangan Youngmun untuk mengikutinya keluar rumah.
“Ya! Jinki-ssi sakit! Lepaskan” Jinki tidak mempedulikan rintihan Youngmun. Namja sipit itu dan yeoja bermata bulat itu kini sudah berada di halaman rumah Jinki. Akhirnya Jinki melepas genggaman tanganya.
“Tunggu disini”
“Ne!”
Youngmun memegang lengannya yang sakit akibat ulah Jinki yang kasar. Tak lama keluarlah mobil sport merah dari garasi kediaman Lee. Mobil itu kini berhenti di depan Youngmun.
“Masuklah” Jinki membuka jendela pintu mobil dan menyuruh Youngmun masuk kedalam mobil mewahnya. Youngmun hanya bisa membuka dan menutup mulutnya saat tau bahwa Jinki bisa mengendarai mobil. Kenapa dia-Jinki- tidak naik mobil saja saat sekolah. Bukan kan itu lebih efektif. Batin Youngmun.
Youngmun yang kini sudah duduk manis di samping Jinki tersenyum manis. Entah mengapa rasanya senang sekali bisa di antar Jinki pulang.
“Ayo” Masih dengan tersenyum. Namja itu masih diam menatap Youngmun datar. Si sipit itu belum menginjak gas mobilnya agar bisa melaju menuju rumah Youngmun.
“Kenapa? Ayo jalan” Jinki masih diam. Jinki menghela nafasnya kemudian mendekati Youngmun.
 
Mendekat
Makin dekat
Makin dekat
Youngmun mulai membulatkan matanya. Apa yang akan di perbuat Jinki padanya sekarang. Youngmun semakin terpojok.
“Ya! apa yang kau lakukan eoh?!”
Tidak di hiraukan perkataan Youngmun. Tiba-tiba Jinki mengulurkan tangannya kepipi Youngmun. Ternyata salah bukan pipi Youngmun yang ia incar sekarang. Tangan Jinki sepertinya telah melewatinya sekarang. Deru nafas Jinki bisa Youngmun dengar dengan jelas. Sangat teratur. Yeoja yang biasanya selalu ribut dengan aksi marah-marahnya itu sekarang tidak tau harus berbuat apa.
Yeoja berkulit putih itu memejamkan matanya erat tak berani melihat wajah Jinki yang sedekat ini padanya. Seketika itu juga jantungnya berdegup kencang. Seperti pelari maraton yang mengelilingi lapangan sebanyak 10 kali.
 
KLEK!
 
Mendegar suara itu dan merasa dirinya di tekan sesuatu. Perlahan matanya ia buka dan ternyata Jinki sudah pada posisi awalnya. Yeoja itu melihat ke arah tubuhnya yang sudah terkait dengan safetybelt. Jadi dia-Jinki- tadi memasangkan ini padaku. Pikir Youngmun.
 
“Seharusnya kau tau mengapa aku tadi diam dan tak kunjung pergi” Jinki buka suara. Suara bass yang indah. Masih dengan wajah datar.
“Oh mian”
“Yeoja yang tidak peka” Jinki sudah menginjak pedal gasnya dan kini sudah melaju di jalan depan kompleknya.
“Memang!” Youngmun mulai kesal lagi dengan Jinki sikap dinginnya.
Hening. Sepi. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Youngmun bosan dengan ini. Yeoja ini tidak tau mau bicara apa pada namja dingin seperti Jinki. Di sekolah saja mereka jarang bicara kecuali saat bertengkar.
Youngmun mengarahkan tangannya ke tipe yang ada di mobil Jinki. Belum selang 1 menit tipe tersebut sudah di matikan oleh Jinki.
“Aku tidak suka saat menyetir di ganggu” Matanya fokus pada jalan. Jinki.
“Memang dengan mendengar suara tipe kau bisa terganggu. Bukannya setiap saat kau selalu mendengarkan lagu?” Ada nada mencibir di dalam setiap kata yang yeoja ini lontarkan.
“Soal itu beda lagi” Jinki mulai kehabisan akal untuk mengerjai yeoja manis ini.
“Tapi aku bosan Jinki-ssi” Sedikit merengek.
“Itu urusanmu. Bukannya kau punya handphone? Pakai itu biar tidak bosan” Kini mobil mewah Jinki sedang berhenti di lampu merah sebuah jalan.
“Handphoneku mati” Youngmun mengambil handphone yang ada di saku depan celananya dan mendapatkan kenyataan bahwa handphonenya mati.
“Aku tak peduli. Dimana rumahmu? Ini sudah keluar dari area kompleks perumahanku” Fokus pada jalan dan sesekali melihat Youngmun yang berada di sebelahnya.
“Isshh.... Dari lampu merah ini terus saja sampai ada perempatan belok kiri” Mengendus kesal.
 
.........
“Itu rumahku yang berwarna putih abu-abu itu” Youngmun yang sadar sebentar lagi rumahnya sampai menunjuk-nunjuk rumah miliknya dan sang oppa.
“Yang itu?” Kini giliran Jinki yang menunjuk rumah miliknya. Memastikan penglihatnya benar.
“Ne” Youngmun mengangguk kecil. Tapi sebenarnya Jinki tidak melihat itu.
~
“Gomawo Jinki-ssi” Jinki hanya mengangguk dan memasang wajah datar.
Setelah Youngmun sudah turun dari mobil sport milik Jinki. Yeoja itu berjalan masuk ke halaman rumahnya dengan menunduk tentunya. Saat sampai di depan pintu. Youngmun melihat sepasang kaki di depannya. Spontan Youngmun mendongak melihat siapa yang ada di hadapanya.
“Oppa?” Tanpa bersalah Youngmun menerobos cela antara Minho dengan pintu namun gagal.
“Ya! oppa? Waegurae?” Youngmun menghentakkan kakinya. Yeoja ini mengantuk.
“Kenapa baru pulang eoh? Jam berapa sekarang?!” Minho marah pada Youngmun saat ini. adiknya yang keras kepala dan jarang menurut ini.
“Mian oppa” Jawab Youngmun asal. Kini ingin menerobis cela itu lagi. Namun Minho menghalanginya.
“Ya! oppa aku ingin masuk”
“Andwae! Tadi siapa yang mengantarmu pulang dengan mobil sport mewah tadi eoh?” Banyak pertanyaan yang Minho lontarkan. Membuat Youngmun yang sekarang sedang mangantuk sedikit muak.
“Molla” Kali ini Youngmun ingin menerobos cela itu lagi tapi gagal lagi. Mata yeoja ini sudah tidak bisa di tahan lagi rasa kantuknya. Padahal saat di rumah Jinki dia-Youngmun- sudah tidur cukup lama.
 
BRAK
Pintu depan rumah tertutup. Meninggalkan Youngmun di luar. Ya, Minho meninggalkan Youngmun sendiri di depan teras.
“Ya! oppa! Buka pintunya! Mino oppa!” Yongmun yang tadi mengantuk hilang sudah rasa ngantuknya. Berteriak-teriak seperti itu bisa saja menggangu atas ulahnya.
“Beritahu siapa dia! Baru aku bukakan pintu!” Hal yang sama kini Minho lakukan. Berteriak. Mungkin kedua kakak beradik ini memiliki hobi yang sama berteriak.
“Arraseo arraseo! Tapi buka dulu pintunya!”
 
CKLEK
Pintu sudah terbuka. Buru-buru Youngmun masuk dan langsung berlari menaiki tangga untuk ke kamarnya. Minho yang tau itu langsung membulatkan matanya yang sudah bulat langsung mengejar Youngmun kekamarnya. Usahanya percuma. Pintu kamar Youngmun sudah tertutup rapat dan terkunci. Ternya dongsaengnya telah menipunya.
“Ya! Youngmun! Kau sangat curang!” Teriak Minho.
“Terserah katamu oppa. Aku tidak peduli!”
 
 
~***~
 
 
“Oppa aku pulang!” melempar tasnya dan menghempas tubuhnya di atas sofa yang empuk yeoja ini berteriak. Merasa tidak ada yang menjawab yeoja cantik ini mengambul handphonenya yang berada di kanton seragam sekolah dan mencari kontak bernama’Mino Oppa’. Setelah memncet tombol hijau Youngmun nama yeoja ini langsung menempelkan handphone miliknya ke telinga kanannya.
“.......”
“Oppa dimana? Di kantor atau kampus?”
“.......”
“Tidak papa. Apa aku boleh kesana? Di rumah aku sendiri”
“........”
“Benar tidak papa? Baiklah tunggu aku ne”
“........”
“Jongmal? Oke, aku segera ke sana. Annyeong”
BIPP
Setalah sambungan telponnya terputus. Youngmun mengambil tas yang berada di sampingnya bergegas menuju kamar untuk pergi memui Minho.
...........
“Oppa bisa kah kau turun?”
“.......”
“Turun lah oppa. Aku lupa membawa dompet untuk membayar taxi”
“........”
“Cepat oppa”
Youngmun dengan semua keteledorannya. Meninggalkan dompetnya yang masih berada di tas sekolahnya membuatnya harus menelpon sang kakak untuk membayar argonya. Tidak biasanya Youngmun naik taxi. Mungkin karena terburu-buru ingin bertemu Minho dan menagih janjinya saat di telfon tadi yeoja bermarga Choi ini melupakan dompetnya.
“Ajussi bisa kau tunggu sebentar. Oppaku akan mengantarkan uangnya” Sang supir taxi hanya mengangguk yang diartikan Youngmun mengerti.
Youngmun yang meihat Minho yang sedikit berlari mendekatinya mulai terenyum. Akhirnya Minho datang juga. Tak tau nasibnya jika Minho tak datang mungkin yeoja ini sudah memberikan handphone kesayangannya pada supir taxi.
 
~
Kini mereka sudah ada di kantor milik Minho. Minho yang masih fokus dengan laptop dan beberapa berkas yang penting itu terlihat sangat serius. Namja ini menargetkan ini selesai hari ini.
Sekarang Youngmun sedang duduk di hadapan Minho. Memperhatikan oppa kesayangannya itu dengan lekat. Yeoja ini iba denga Minho. Minho yang banting tulang untuk biaya kuliah dan sekolahnya. Youngmun juga sadar Minho adalah orang yang sangat perhatian padanya. Buuktinya setiap akhir pekan namja bermata besar ini selalu meluagkan waktu untuk adik tercinta.
“Apa sudah selesai oppa?” Youngmun bosan. Hanya memperhatikan Minho yang sedang bekerja. Di ruang ini hanya ada Youngmun dan Minho karena ini adalah ruang pribadi milik Minho. Perusahaan ini milik mendiang ayahnya.
“Sedikit lagi” Tersenyum manis pada Youngmun kemudian memfokuskan lagi dirinya pada pekerjaanya.
“Ayo cepat oppa. Kita bisa kehabisan es krim vanila choco chipnya”
“Sudah selesai! Kajja” Youngmun langsung tersenyum lebar dan berdiri dari kursnya. Memandang Minho dengan bahagia.
 
TOKO ES KRIM
Di area ini sangat tercium bau manis dimana-mana. Bau bada berbagai rasa es krim. Kakak beradik itu mengabil tempat dekat jendela toko es krim agar bisa melihat jalan. Toko es krim ini adalah toko yang sering Minho dan Youngmun datangi saat waktu luang.
Selang beberapa menit setelah memesan es krim milik mereka berdua datang. Dengan wajah berbinar-binar Youngmun menatap es krim vanila choco cipnya. Di santapnya es krim itu dengan perlahan agar bisa merasakan tekstur lembut yang di hasilkan es krim vanilanya. Menggigit tiap butir-butir choco chip yang terdapat di dalamnya membuat rahangnya tak berhenti bergerak.
Youngmun teringat perkataan kakaknya yang mengajaknya pergi beberapa waktu yang lalu. Yang ia sempat tolak karena ada kerja kelompok di rumah Jinki.
“Oh ya oppa. Kemarin lusa kau bilang ingin mengajakku pergi. Kemana?” Minho yang merasa di ajak bicara oleh dongsaenynya menghentikan aktifitas makannya.
“Soal itu. Aku ingin mengajakmu ke rumah Jonghyun hyung” Youngmun yang menggigit-gigit sendok es krtimnya bingung. Ingin apa dia ke rumah Jonghyun?
“Kerumah Jonghyun oppa? Memang ada apa?” Sedetik kemudian dia-Youngmun- ingat sesuatu. “Apa Kibum sudah pulang?” Wajah Youngmun langsung berubah dari bingung menjadi senang.
“Molla”
“Ya! oppa. Jangan buat aku penasaran. Benarkah Kibum sudah pulang?” Minho yang tubuhnya di goncang-goncang Youngmun tetap kekeh untuk merahasiakan semuanya.
“Molla. Lihat saja nanti”
 
TBC


Tidak ada komentar:

Posting Komentar